28 July 2006

Natuna 28 Juli 2006

Pejabat Eselon Natuna Tak Boleh berhenti Berpikir Dan Harus Mampu Mengidentifikasi Masalah.
Ranai Mk,Bupati Natuna Drs H. Daeng Rusnadi meminta dengan tegas kepada seluruh pejabat eselon pemkab Natuna dan jajarannya untuk tidak berhenti berpikir dan terus meningkatkan kemampuan mengidentifikasi semua masalah yang ada di Natuna guna memajukan Natuna kedepan, permintaan Bupati ini selaras dengan pesan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Taufik Efendi.
Permintaan bupati ini disampaikan dalam acara pembukaan pusat pelatihan paskibra Natuna di aula kantor bupati Natuna Bukit Arai. Bupati Natuna Drs H. Daeng Rusnadi mengutip pernyataan Imam Prasojo yang mengingatkan bahwa bangsa indonesia saat ini tengah dilanda 4 penyakit kronis yang bisa menghambat kemajuan.
"Paskibra konteknya berkaitan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia, untuk itu maka bersama sama kita menelah pesan Imam Prasojo yang menyatakan empat penyakit besar bangsa Indonesia yaitu, penyakit munafik dan standar ganda, Cenderung tidak bertangung jawab, suka menatap masa lalu dan tidak mau menatap masa depan,Cenderung pendendam dan Feodal dalam arti minta disanjung dan dihormati" tegasnya.
Daeng Rusnadi mengajak seluruh pejabat eselon, jajarannya dan seluruh elemen untuk bersama sama menatap masa depan daerah ini.
"Sudah bukan saatnya lagi menonjolkan sukuisme, karena siapapun darimanapun asalnya kalau dia sudah tinggal di Natuna maka dia adalah masyarakat Natuna. untuk itu semua juga harus siap berpikir dan mencari solusi bagiamana caranya memajukan dan menciptakan kesempatan agar putra Natuna bisa mendapat kesempatan untuk berprestasi dan menunjukkan kemampuannya guna memajukan Natuna." tambahnya .
Anak Natuna tak kalah dengan anak anak lain di Indonesia, bedanya cuma anak Natuna belum punya kesempatan, Daeng yakin anak Natuna Mampu berprestasi dan menunjukkan kebolehannya.
Untuk itu Daeng Rusnadi meminta kepada Wakil bupati, sekdakab, seluruh pejabat eselon, berpikir bagaimana caranya agar orang Natuna dapat keempatan mengembangkaan dirinya, jagan sampai kesempatan untuk maju menjadi hilang hanya karena tidak ada pengarahan dan persiapan.
Kesempatan harus diciptakan dan harus di persiapkan. Daeng mencontohkan kasus seorang anak Natuna yang sebenarnya mempunyai kemampuan lebih dan punya kesempatan untuk menjadi Polwan tahun ini, gagal karena tidak ada yang membimbing,mengarahkan dan mempersiapkannya, sehingga kesempatannya untuk menjadi Polwan tertunda hanya gara gara kelebihan berat badan, Padahal jika ada yang membimbing kasus seperti ini tidak perlu terjadi dan kesempatan tidak terlewatkan.
Maka kepada anngota paskibra Natuna 2006 yang terpilih dari hasil seleksi dan menjalani pemusatan latihan Daeng Rusnadi meminta untuk tekun berlatih dengan benar, menjaga moral dan tingkah laku sehingga mamapu menujukkan prestasi dan siap meraih setiap kesempatan untuk maju, sementara kepada pelatih Daeng Rusnadi meminta pelatih harus mampu dan harus mengkaji segala kemungkinan dan jangan berhenti berpikir untuk memberikan yang terbaik. /////////Van/////////
Bupati Buka Secara Resmi Pusat Pelatihan Paskibra Natuna 2006.

Ranai Mk, Bupati Natuna Drs H. Daeng Rusnadi secara resmi membuka pusat pelatihan Paskibra Natuna 2006 Jum'at (28/07)diaula kantor bupati Bukit Arai, acara pembukaan ini dihadiri oleh Wabub Drs. Raja Amirullah Apt, Sekdakab Drs.Ilyas Sabli,Muspida dan pejabat eselon pemkab Natuna.
Pemusatan latihan paskibra Natuna 2006 ini diikuti oleh 28 orang siswa SLTA dari 11 kecamatan di Natuna yang lulus seleksi ditingkat kecamatan dan seleksi ditingkat kabupaten, ke 38 siswa ini akan menjalani pemusatan latihan hingga 10 Agustus.
Kadiknas Natuna Drs.Hamdi yang merupakan ketua pelaksana kegiatan menjelaskan bahwa masing-masing kecamatan telah mengirimkan siswa terbaiknya dan telah diseleksi oleh tim pelatih, dan hasilnya adalah kecamatan Bunguran Timur terpilih 13 siswa, Bunguran Barat 2 siswa, Jemaja 3 siswa, Midai 4 siswa, Pulau Laut 3 siswa ,Subi 2 siswa, Pulau Tiga 2 siswa, Serasan 2 siswa,Siantan 2 siswa,Palmatak 2 siswa dan Bunguran Utara 2 siswa.
Tim pelatih paskibra Natuna 2006 terdiri dari Lettu Raharjo dari kesatuan AU sebagai koordinator,anggotanya adalah Bribka Ahok Priyadi dari Polres Natuna, P Batubara dari Kodim, Satrad, Serda laut Stenli Maili dari Lanal Ranai , Yayan dari Lanud Ranai, Herman unsur Satpam pemkab Natuna,
Kabag sosial Tina Riauwita sebagai Ketua Pelaksana Harian menjelaskan bahwa proses seleksi telah dilakukan secara bertahap. awalnya masing masing kecamatan diminta untuk mengirimkan wakilnya, kemudian wakil ini diseleksi lagi oleh tim pelatih paskibra Natuna 2006.
"Dari Kecamatan Bunguran Timur dari 67 siswa yang berasal dari 5 SLTA yang ada di kecamatan Bunguran Timur hasilnya hanya lulus 13 siswa yakni dari SMA 1 Ranai 5 siswa ; SMA 2 Ranai 1 siswa; MAN Ranai 1 siswa; SMK Kelautan 4 Siswa, SMK YPM 1 siswa," terangnya.
Tim menyeleksi berdasarkan jumlah SLTA yang ada di setiap kecamatan, kecamatan Bunguran Timur mendapat porsi lebih banyak karena di Bunguran Timur ada 5 SLTA, sementara kecamatan lain hanya ada 1 atau 2 SLTA. meskpiun begitu komposisi paskibra Natuna 2006 tetap akan diisi oleh perwakilan seluruh kecamatan di Natuna. Untuk di Bunguran Timur tim seleksi memberlakukan urutan rangking kelulusan siswa.
Dari 38 siswa yang terpilih ini 34 siswa merupakan pasukan inti dan 4 siswa cadangan. dari masing masing kecamatan Buguran Timur diseleksi dari 67 siswa yang lulus hanya 13 siswa, Jemaja dari 4 siswa yang dikirim lulus 3, Bunguran Utara dari 4 siswa lulus 2,Midai dari 4 semuanya lulus, Pulau Laut dari 4 siswa lulus 3, Bunguran Barat dari 4 siswa lulus 2,Subi dari 4 siswa lulus 2, dari Serasan dipastikan akan lulus 2, Siantan dari 4 siswa lulus 2, dan Pamatak daroi 4 siswa lulus 2. sementara kecamatan termuda Pulau Tiga dari 4 siswa lulus 2.
Seleksi tidak bisa dilakukan secara serentak kerena kendala transportasi, Selanjutnya ke 38 siswa yang lulus seleksi ini akan menjalani pemusatan latihan dan pembekalan paskibra berpusat di penginapan Mariana, Ranai Natuna.////////// Ivan///////////////////

Nurjanah Tidak Banyak Berubah
Ranai Mk, Nurjanah diusianya yang ke 48 nasibnya tak seberuntung Ike Nurjanah selebritis Jakarta, Nurjanah warga kelurahan Ranai kota ini sehari hari membantu suaminya memecah batu dilahan kebun perbukitan Senubing milik keluarganya. Di lahan tersebut tampak puluhan pohon cengkeh yang usianya sudah mencapai 20 tahun lebih tumbuh subur.
"Tahun ini panennya sedikit cuma 200 kilo mungkin tahun depan bisa agak banyak" terangnya kepada MK. Meskipun hasil kebun musim ini tak seperti yang diharapkan Nurjanah dan keluarganya sedikit bisa bernafas lega, karena dilahan kebun miliknya banyak batu granit berserak, batu-batu ini jumlahnya banyak besarnya bisa mencapai sebesar ruko bertingkat.
Untuk menambah penghasilan Nurjanah beserta keluarganya banyak menghabiskan waktu untuk memecah batu yang berukuran besar ini dengan cara tradisonal sehingga bisa pecah menjadi batu-batu kecil yang digunakan untuk bahan bangunan.
" Kami memecah batu ini dengan cara membakarnya mengunakan kayu, lama pembakaran bisa 1 sampai 4 hari tergantung cuaca dan ketahanan batu,setelah retak kami memikulnya dengan palu besi seberat 5 kilo," terangnya kepada Mk dengan logat Ranai yang kental.
Oleh Nurjanah dan Suaminya serpihan batu tersebut dipisahkan sesuai ukuran, ada yang ukuran untuk batu pondasi, batu 3/4, batu 3/5, sedangkan serpihan batu yang kecil dikumpulkan untuk kemudian dipecah dengan menggunakan palu, hasilnya adalah batu kerikil berbagai ukuran yang biasanya digunakan untuk batu cor dan batu pengaspalan jalan.
Kepada Mk, Nurjanah mengaku dalam lima 5 minnggu dia dan suaminya beserta 2 orang keluarga lainnya bisa mengumpulkan 3 rit( 1 rit lebih kurang 2,5 M3) batu pondasi 3/4, 3 rit batu ukuran 3/5 dan 1 rit batu cor.
Saat ini harga batu memang sudah lumayan, lebih mahal dari sebelumnya, jika sebelumnya harga batu 3/4 dalam 1 rit angkut dihargai hanya 80 hingga 90 ribu itupun lakunya tunggu musim proyek, beruntung saat ini harganya sudah mencapai 130 ribu dan langsung bisa dijadikan uang karena setiap hari sudah ada yang membeli.
"Dalam 5 minggu dengan harga saat ini kami bisa mendapatkan uang lebih kurang 1 juta 300 ribu itu belum dipotong biaya beli kayu bakar sebesar 450 ribu. kalau dibagi tiga maka kami masing masing mendapatkan bagian 300 ribu, yah hanya cukup untuk menyambung hidup, bagaimana tidak mendengar harga batu mahal nelayan saat ini menaikkan harga ikan dari sebelumnya 10 ribu per ekor menjadi 15 ribu" keluhnya .
Kenaikan harga batu yang berujung terhadap kenaikan pendapatan pemecah batu dan penggali pasir tak lepas dari program Mulia Bupati Natuna Drs H. Daeng Rusnadi yang mengeluarkan kebijakan untuk memberikan dana Penyangga bagi pekerja batu seperti Nurjanah dan keluarganya.
Bahkan dana penyangga yang dimaksudkan untuk membantu masyarakat ekonomi lemah di Natuna ini bukan hanya pekerja batu, tetapi juga pekerja penggali pasir, petani cengkeh dan petani karet diseluruh Natuna.
Program Dana Peyangga pekerja batu dan penggali pasir ini tahap awal dikucurkan sebesar 5 Milyar yang pengelolalanya diserahkan kepada Perusda Natuna sebagai pilot projek sebelum program lain dijalankan.
"Saya ingin Dana penyangga ini benar benar bisa dirasakan masyarakat yang betul -betul pekerja batu dan penggali pasir, bukan pengusaha atau makelar. Dana ini untuk meningkatkan dan mengerakkan ekonomi pekerja batu dan penggali pasir di seluruh kabupaten Natuna" Pesan Bupati Natuna saat membuka pembelian perdana batu dan pasir oleh Perusda Natuna beberapa waktu lalu.
Nurjanah dan Jamiah yang merupakan adiknya beserta ratusan pekerja batu dan penggali pasir yang lain di seluruh Natuna sangat antusias menyambut kebijakan Bupati Natuna yang sangat memihak meraka, semua masyarakat ekonomi lemah ini berharap dengan progranm yang diluncurkan Bupati yang sehari hari dekat dengan rakyat ini bisa mengentaskan mereka dari kemiskinan dan bisa hidup lebih baik dari sebelumnya.
Sayangnya harapan pekerja batu dan program Bupati Natuna yang tujuannya mulia ini tak dimbangi dengan kinerja Perusda yang baik.
Direktur Usaha dan jasa Perusda Natuna Alias Kadir S.E kepada Mk saat ditemui diruang kerjanya mengakui bahwa perusda ternyata belum melakukan studi dampak sosial dan ekonomi program ini.
Akibatnya Perusda melakukan pembelian batu tanpa menetapkan klasifikasi mana yang disebut pekerja batu, penggali pasir yang berhak disangga atau pengusaha batu dan pengusaha pasir.
Dilapangan hasil temuan Mk, pasir yang dibeli perusda juga ada yang berasal dari pengusaha yang menyedot pasir sungai atau batu yang dibeli dari pengusaha batu yang mampu membayar pekerja batu dari luar Natuna bahkan lebih dari 9 orang.
Perusda juga tidak menetapkan aturan dan memberikan bimbingan kepada pemecah batu dan penggali pasir agar kegiatan mereka tidak merusak lingkungan. Mk menemukan kegiatan peneydotan pasir disalah satu sungai yang tidak mengindahkan dampak lingkungannya.
Perusda juga tidak menghitung dengan cermat mekanisme pembelian batu dan pasir dari masyarakat. Sesuai penelusuran dan hasil investigasi Mk dilapangan, Perusda ternyata membeli dari pemecah batu dan penggali pasir untuk kemudian ditumpuk dilokasi penumpukan, mekanisme ini membuat konsumen nantinya akan terbebani dengan biaya angkut 2 kali lipat.
jika harga batu pondasi 130 ribu maka ditambah ongkos angkut yang berfariasi antara 70 hingga 100 ribu, membuat modal perusda menjadi minimal 200 ribu, jika konsumen membeli dari perusda ,maka konsumen harus mengeluarkan ongkos angkut dari lokasi penimbunan ke lokasi proyek sebesar minimal 70 ribu juga.
Maka Hitungannya adalah harga batu awalnya Rp. 130.000 + Rp 70.000(ongkos angkut) =Rp 200.000, konsumen kembali mengeluarkan ongkos Rp. 70.000, untuk angkutan hingga ke lokasi, belum termasuk pajak galian C dan keuntungan perusda sebesar 20 % , Harga batu menjadi minimal Rp. 270.000, hitungan ini juga akan terjadi untuk batu dan pasir jenis lainya yang harganya berfariasi.
Dari harga pasar ini kita melihat pekerja batu hanya menikmati kenaikan harga sebesar tak lebih dari 50 ribu dari harga sebelumnya sementara operator angkutan diuntungkan karena akan mengangkut 2 kali dan mendapatkan Rp 140.000,
Jika Mekanisme ini tak segera dirubah ini akan membebani masyarakat lainya yang bukan kontraktor yang sedang membangun rumahnya, pertama harga menjadi jauh lebih mahal jika harus memebeli dari perusda,
sedangkan jika harus memebeli dari pemecah batu dan pengali pasir langsung saat ini masyarakat sulit mendapatkannya karena batu dan pasirnya sudah diborong perusda.
Jangan sampai Tujuan Bupati Natuna yang mulia membantu masyarakat ekonomi lemah, tidak mengenai sasaran dan malah menimbulkan masalah baru yang lebih besar hanya karena kurang ketelitian pelaksana dilapangan.
Nurjanah dan Jamiah beserta pekerja lainnya masih berharap agar program ini bisa membantu mereka bukan malah membantu pengusaha dan segelintir oknum yang mengambil kesempatan. ( bersambung...)//////////// Van//////////

0 Comments:

Post a Comment

<< Home